Sahabat Sehat, apakah kamu pernah merasa ingin makan makanan yang manis atau asin karena lagi penat mengerjakan tugas atau pekerjaan? Atau saat ini kamu sedang berusaha menurunkan berat badan tapi gagal terus karena rasanya ingin makan terus apalagi kalau merasa stres? Mungkin kamu sedang mengalami emotional eating. Yuk cari tahu apa itu dan bagaimana mengatasinya!
Emotional Eating dan Kaitannya dengan Obesitas
Pola makan yang kurang sehat dan kurang aktivitas fisik biasanya menjadi faktor yang selalu dikaitkan dengan terjadinya obesitas atau kegemukan. Namun, ada satu faktor yang sering dilupakan yaitu emotional eating.

Emotional eating adalah kecenderungan untuk mengonsumsi makanan secara berlebihan sebagai respon ketika mengalami stres atau emosi negatif. Responnya bisa bermacam-macam, mulai dari makan camilan sepanjang hari atau makan banyak dalam satu waktu.
Hasil tinjauan sistematis dari penelitian yang dimuat dalam jurnal Health Psychology menunjukkan bahwa individu yang sering mengalami emotional eating lebih cenderung memiliki berat badan yang berlebih daripada mereka yang tidak. Emotional eating mendorong terjadinya obesitas karena berkaitan dengan perilaku makan yang tidak sehat, seperti makan berlebihan atau mengonsumsi makanan yang tinggi energi, gula, atau lemak.
Dilansir dalam laman Harvard Medical School, dalam kondisi tertekan, tubuh akan melepaskan beberapa hormon. Dalam jangka pendek, tubuh melepaskan hormon epinefrin yang dapat menurunkan nafsu makan. Namun, apabila terus berlangsung, kondisi stress mendorong tubuh melepaskan hormon kortisol yang dapat meningkatkan nafsu makan.
Tidak jarang seseorang menjadikan makanan sebagai “pelarian” dan merasa bersalah setelah makan berlebihan. Hal ini juga memperburuk emosi dan berlanjut menjadi sebuah lingkaran setan yang dapat menyebabkan program penurunan berat badan seseorang menjadi gagal.
Bagaimana mengatasi emotional eating dan mencapai penurunan berat badan?
Emotional eating akan memberikan kepuasan sementara, namun dalam jangka panjang dapat memperparah kondisi kegemukan hingga berdampak buruk pada kesehatan dan kualitas hidup. Oleh sebab itu, penting untuk mengatasi emotional eating dan berikut beberapa tips yang bisa Sahabat Sehat terapkan:

Kenali Apa yang Menjadi Pemicunya
Sahabat Sehat tidak dapat mengatasi kebiasaan emotional eating jikalau tidak mengetahui kapan atau apa yang memicu timbulnya kondisi tersebut dan apa yang dimakan sebagai respon. Mengetahui hal ini akan membantu kamu untuk mengenal pola makan dan menyusun strategi yang tepat.
Mulai Terapkan Kebiasaan Sehat
Terapkan kebiasaan mindful eating dan hindari gangguan seperti menonton TV atau bermain HP. Hal ini membantu kamu untuk mengenali perbedaan rasa lapar karena respon fisik tubuh atau emosi. Selain itu karena emotional eating biasanya memicu keinginan untuk mengonsumsi makanan yang tinggi kalori sebagai comfort food, maka ganti dengan makanan yang lebih sehat seperti sayuran, buah, kacang-kacangan, protein rendah lemak, hingga sumber lemak yang sehat. Kamu juga bisa menambahkan olahraga ke dalam rutinitas kamu untuk membangun kebiasaan sehat yang juga bermanfaat untuk mengurangi stres.
Emotional eating penting untuk Sahabat Sehat kenali dan atasi, terutama kalau kamu sedang dalam upaya penurunan berat badan. Menerapkan tips di atas dapat membantu kamu mencapai penurunan berat badan yang berkelanjutan. Bersamaan dengan prosesnya, penting juga untuk selalu mengupayakan kemajuan dalam membangun hubungan yang positif dengan makanan dan terutama dengan diri sendiri. Kalau kamu butuh bantuan, jangan sungkan untuk berkonsultasi dengan ahli ya, Sahabat Sehat!
Ditulis oleh:Ruth Helena Girsang, S.Gz
Mahasiswa Dietisien
IPB University